Kamis, 25 Desember 2014

Jalan Darat Ke Malaysia: Singkawang Kuching (Part 1)

Uang Malaysia lucu ya, kayak uang mainan. Tapi nilai tukarnya tidak lucu. Dua tahun yang lalu 1 RM = Rp.3.000 tapi tahun 2014 ini 1 RM = Rp. 3.560. Rupiah oh Rupiah cinta siy gue sama elo, tapi ngenes :S
Jalan yang mulus dan sepi mendominasi perjalanan Singkawang-Kuching. Berbeda sekali dengan belasan tahun lalu ketika saya masih kecil, jalan ke arah Kuching hancur luar binasa. Semestinya memang harus begini ya jalan antar negara ^_^.
Mini Bis yang membawa saya dan penumpang lain dari Singkawang ke Kuching. Lucky me! Saya duduk di depan, walaupun awalnya sempat kesal karena sopir terus-terusan mengajak ngobrol sementara saya ngantuk luar biasa. Syukurnya penumpangnya sedikit yaitu seorang perempuan tua, seorang ibu dan anaknya, seorang pemuda, dan seorang wanita. Bagusnya mereka tidak saling mengobrol atau berisik sepanjang perjalanan. Tapi karena si nenek tidak kuat pakai AC/mabuk darat kalau pake AC, jadinya perjalanan sepanjang Kuching-Singkawang selama 10 jam adalah perjalanan tanpa AC. Ya salam :D.
Bis berhenti di Kecamatan Mandor Kabupaten Landak. Kata supirnya, mobil ini perlu ganti ban. Supaya jalannya lebih enak. Ok lah, untuk keselamatan, berhenti sejenak di pagi yang cerah, lumayan buat merenggangkan badan.
Saat saya sedang enak tidur, supir tiba-tiba menghentikan bisnya lalu bilang "saya mau mandi dulu, yang mau ke WC...yang mau ke WC...". Haha, supirnya "heri (heboh sendiri)" banget ya pake acara mandi segala. Karena bis kami berangkat jam 4 subuh dari Singkawang, supir memilih mandi pagi bukannya mandi subuh agar tidak masuk angin atau sakit. Saya yang tidak mandi tadi subuh senyum-senyum sendiri dan berucap dalam hati "ah, nanti saja mandinya". Setelah urusan ke WC beres, saya duduk dan menemukan pemandangan menarik, perempuan muda berjilbab itu sedang duduk di pinggir tebing. Karena saya khawatir dengan posisinya, saya pun bertanya apa yang dia lakukan dan dia menjawab "saye mabuk kak". Oww, ternyata dia mabuk darat dan sedang memuntahkan isi perutnya. Hehehe. Ok lah. Lanjut :P
Warung di seberang toilet yang tutup karena hari itu adalah Hari Natal / Tanggal 25 Desember. Walhasil, kami hanya duduk-duduk bengong di kursi warung. Sementara penumpang yang bawa bekal makan dengan lahap dan saya pun hanya bisa menelan ludah karena tidak membawa bekal. Nasib...nasib...
Sampai di Desa Sosok Kecamatan Tayan Hulu Kabupaten Sanggau, bis berhenti lagi untuk memberikan kesempatan penumpang makan siang. Dari Pasar Sosok ini berjarak sekitar dua jam ke Perbatasan Entikong-Tebedu. Kami yang masih setengah ngantuk turun dari bis dan langsung berjalan ke arah rumah makan tempat bis kami berhenti. Ternyata itu rumah makan non muslim yang menjual babi, syukurnya pelayan disitu langsung menghalau kami dan menyuruh kami ke rumah makan padang di seberang jalan.
Sempetin minta foto sama penumpang lain sambil menunggu penumpang yang lainnya lagi dicap paspornya.
Horeeeee, paspor saya sudah dicap. Kuching meong meong, aku datang :-)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SINGKAWANG : KOTA TERTOLERAN

               Please free to read and download thisbook ^_^                               https://press.perpusnas.go.id/ProdukDetail.aspx?i...