Rabu, 31 Desember 2014

Menjadi Kaya Dari Menulis

Bisakah kaya dari menjadi penulis? Inilah pertanyaan yang dibedah dalam seminar nasional “Writerpreneurship: Menjadi Penulis Best Seller” yang digelar oleh Sekolah Penulis Yogya (SPY) di Gedung Tiga Serangkai, Condong Catur Yogyakarta, Sabtu lalu (24/10). Para pembicara M Fauzil Adhim (penulis buku best seller Kupinang Engkau dengan Hamdalah), Jonru (pemilik situs penulislepas.com), dan Siswanto (Penerbit Tiga Serangkai Solo) mampu membuat peserta menjadi terbuka wawasannya akan begitu pentingnya menulis dan dari sisi ekonomi ternyata juga cukup menjanjikan.
Menurut Fauzil Adhim, menulis dapat menjadi profesi yang memberikan standar kesejahteraan lebih. Dengan catatan, harus total dan profesional. Dalam artian, jika seseorang bisa menulis sesuatu yang penting dan bermanfaat serta dikemas dengan bahasa cair, renyah, mudah diterima masyarakat luas maka peluang untuk mendapatkan royalti besar bukanlah hal yang tak mungkin.
“Sudah banyak contoh penulis yang kaya dan sejahtera karena tulisan-tulisannya. Habiburrahman Elshirazy misalnya, dari novel Ayat-Ayat Cinta, mendapatkan royalti lebih dari Rp 1,2 miliar. Emha Ainun Nadjib, buku-bukunya laris manis bak kacang goreng sehingga royaltinya pun cukup lumayan dan banyak penulis lainnya seperti Asma Nadia, Helvy Tiana Rossa, Joni Ariadinata,” paparnya.
Dia sendiri yang menulis novel Kupinang Engkau dengan Hamdalah, sudah cetak ulang ke-26 dengan sekali cetak minimal 10.000 eksemplar. Bayangkan, harga buku Rp 20.000 sedangkan royaltinya 10%, tinggal menghitung saja totalnya. Dengan menulis dia dapat mencukupi kebutuhan hidup dan menabung.
Persyaratan
Di depan peserta seminar Fauzil mengatakan, untuk menjadi penulis buku yang berhasil dibutuhkan sejumlah prasyarat antara lain fokus atau setia pada satu bidang kajian karena itu menyangkut personal branding atau kepakaran dalam satu masalah. Selanjutnya, menulis sesuatu yang penting dalam buku sehingga dibutuhkan dan dijadikan rujukan banyak orang.
“Jangan sampai hanya menjadi buku sampah yang tidak memberikan makna apa pun kepada pembaca. Buku yang isinya penting dan kajiannya fokus harus dikemas dalam bahasa yang renyah serta kemasan menjual. Kalau semua persyaratan itu terpenuhi maka tak sulit untuk menjadikan buku kita marketable,” tandasnya.
Siswanto dari Penerbit Tiga Serangkai menambahkan, ada dua sistem yang selama ini dipakai untuk memberi penghargaan kepada para penulisnya.
Pertama, dengan sistem royalti, honorarium dibayarkan sesuai jumlah buku yang terjual per tiga atau enam bulan. Berikutnya sistem beli putus.
Sejauh ini pihaknya masih terus mencari naskah-naskah dari penulis luar yang bersifat buku teks, panduan, agama, dan aneka tema lainnya.
Yang mengirim naskah banyak, namun yang isinya benar-benar berkualitas masih sedikit. Karena itu, peluang menjadi penulis masih sangat terbuka.
Istilah writerpreneurship pertama kali muncul dari Pak Bambang Trim, seorang praktisi penulisan dan perbukuan tanah air. Menurut beliau, writerpreneurship adalah sekumpulan hasrat (passion), ide, dan juga kecakapan melihat peluang dunia tulis menulis.
Setengah berkelakar, beliau menjelaskan bahwa writerpreneur merupakan seorang penulis yang mampu mengubah kertas satu rim seharga Rp30.000 menjadi kertas berisi tulisan seharga Rp30.000.000. Istilah tersebut kemudian digunakan oleh Dwi Suwiknyo sebagai judul untuk buku yang ditulisnya.

MY ACHIEVEMENTS ON 2014

My First Novel Published ^_^
Finally, I visited KUCHING 25-27 Dec 2014
Tanah Sumatra Pertama Untukku: JAMBI 19 s/d 21 Dec 2014
Juara V Pemilihan Pekerja Sosial Teladan Tahun 2014
Postgraduate 14 Oct 2014 (MPS.Sp)
I went to Japan 17 - 25 June 2014 with JENESYS PROGRAM 2.0

A Breakthru and Awkward Trip : LCCT-KLIA 7 May 2014




WELCOME 2015 WITH "5 W"



Sabtu, 27 Desember 2014

Jalan Darat ke Malaysia : Kuching Singkawang (Part 7)

Cekakak-cekikik sendiri nonton siaran TV Malaysia. Bahasanya itu loh, korban banjir kok dibilang mangsa banjir. Hohoho lumayan siaran tivi menemani saya melewati malam menunggu dijemput travel jam 4 pagi.
Kebiasaan deh, kalau mau pergi, pasti malamnya nggak bisa tidur. Plus khawatir juga ketiduran nanti ditinggal deh sama travelnya. Akhirnya sambil nonton tivi, packing, dan beberes oleh-oleh ^_^.
Yeeeeaaaa jam 4 pagi dari Kuching, jam 7 pagi sudah sampai di Border Tebedu - Entikong. Again, rules made to be broken. Agen, calo, dan penukar (pengurup) uang ada dimana-mana.
Sing: "Aku cinta Rupiah biar Ringgit dimana-mana". Ayo ah Indonesia redenominasi, biar nggak kebanyakan nol di uangnya dan Rupiah punya taji di hadapan negara lain.
Hooraaayy, ketemu juga sama tulisan keramat ini ^_^. Sayang nggak sempat minta fotoin. Ahhh, akhirnya perjalanan saya ke Kuching berakhir sudah dari 25 Desember 2014 s/d 27 Desember 2014. Sangat berkesan dan sangat ingin mengulanginya lagi. Kuching.....tunggu aku yaaaaa :D. Nanti aku datang lagi.

Jumat, 26 Desember 2014

Jalan Darat Kuching Malaysia : Singkawang Kuching (Part 6)

Inilah penampakan Mee Kolok itu. Mirip dengan Mie Kering yang dijual di Singkawang. Tapi berhubung saya pesannya yang biasa, cuma dapat beberapa kerat daging dan mie saja plus kuah dan sambal. Dagingnya langsung ludes dalam beberapa kali kunyahan dan mienya terasa hambar. Jadi saya makan mienya dengan memasukkan mie sedikit demi sedikit ke mangkuk kuah seperti makan bakso, baru deh ada rasanya. Ah, Mee Kolok. Mee olok-olok nih :D.
Food Car sepertinya lagi nge-tren di Kuching. Ada beberapa penjual makanan yang nongkrong cantik di Kuching Waterfront. Food Car yang ini langsung menarik minat saya karena harganya yang murah 3 RM aja ^_^ dan namanya yang unik Kebab Ayam Menantu yang otomatis membuat saya kepo dimanakah Kebab Ayam Mertua??? Hihihihi ^_^.

Jalan Darat ke Malaysia: Singkawang Kuching (Part 6)

Setiap ada kesempatan ke Malaysia,salah satu kuliner yang saya buru adalah masakan India. Waktu di Kuching, di dekat hotel ada restoran bernama "Maharajah" berlabel "Indian Moslem Cuisine. Saya pun tertarik untuk mampir dan ketika kebingungan memilih menu, mereka dengan atraktif menawarkan 1 Set Nasi Briyani seharga 12,5 RM. Hmm, ya saya pun yang dari siang belum makan nasi, tergoda mencobanya. Apalagi sejak saya masuk, pria India ganteng itu terus menawarkan "nasi, nasi, nasi.....baru matang". Akhirnya, saya pun mengangguk-angguk setuju. Well, this is it. Rasanya??? Butir nasinya tidak menyatu, terpisah-pisah satu sama lain. Saya lebih suka nasi yang lengket atau lembut dan butirannya menyatu. Ada gorengan yang saya tidak tahu itu apa, rasanya asin bingitz. Ada dua kuah yang saya tidak tahu dibagaimanakan, jadi saya sendok saja setelah menyendok nasi. Lalu ayam madu yang manis asin kentara banget. Hmm, aneh. Tapi worth to try. Itulah esensi travelling kan? Mencoba makanan yang unik, khas, dan tidak biasa.  
Kalau makan masakan India, harus banget siap minuman dingin seperti "Lassi" yang rasanya seperti minum krim kocok encer. Minuman manis seharga 5 RM ini cukup membantu mengurangi rasa "spicy" Nasi Briyani dan Ayam Madu yang saya makan. Saya nggak ngerti, rempah-rempah apa saja yang dimasukkan ke dalam nasi. Tapi, selagi mengunyah saya tergigit sebatang cengkeh. Oalah...kalau orang bule bilang masakan Indonesia spicy, masih nggak seberapa dan "spicy"nya enak. Tapi "spicy" masakan India ini sukses bikin merem melek nyengir ini makanan enak siy cuma...ya gitu deh :D
Penampakan Restoran Maharajah's di Jalan Padungan yang saya lewati setiap hendak ke Kuching Waterfront dan akhirnya saya pun mampir. Pelayannya bertanya kepada saya "awak keje ape?" dengan Bahasa Melayu Logat India yang terdengar oleh saya "awak ke gerejeke". Weleh...weleh... saya pun bingung, lah saya pake jilbab kok ditanya ke gereja atau nggak? Setelah dia mengulangnya empat-lima kali akhirnya saya pun mengerti bahwa ia bertanya apa pekerjaan saya. Sesudahnya saya "hantam" saja ngobrol dengan dia dalam Bahasa Inggris. Win - Win Solution :P

Jalan Darat ke Malaysia: Singkawang Kuching (Part 5)

Senang sekali melihat burung gagak berkeliaran bebas di Kampung Boyan.
It's easier to read "Everrise Money Changer". Puyeng, baca Bahasa Melayu Malaysianya.
Executive Taxi: Free Wifi On Board ^_^. Ini bagus buat jalan-jalan ke daerah susah sinyal.
Foto hasil nodong sesama turis. Beauty Me ^_^.
Nggak usah masuk. Percuma :D. Hahahaha just kidding. Kata-kata percuma yang membuat saya bingung. Percuma kalau di Bahasa Indonesia artinya sia-sia atau tiada guna. Kalau di Bahasa Malaysia, percuma artinya gratis.
Hasil nodong tukang bangunan yang lagi istirahat hehehe...dapet deh foto di depan gerbang Pecinannya-Kuching.
Rules made to be broken, huh???
Pemuda yang fotoin saya ini yang kemudian memalak saya 10 RM. Well, unlucky me!
Hasil nodong anak kecil. Hehehe saking banyaknya tak sanggup lagi saya masuk museum. Cukuplah berfoto aja di depan museum.
Pemandangan di Plaza Merdeka saat saya duduk menghilangkan lelah setelah berjalan kaki kesana kemari.
Guy who took photos of me. Thank you ^_^.
Malam di Kuching. Sudah berkeliling kesana kemari tapi saya tidak bertemu kucing beneran. Kucingnya apa udah jadi patung semua ya :P.
Bulan Sabit yang indah dan saya pun bersenandung untuk Kekasih saya di Bogor: "Dear Fajar Alayubi, mungkinkah kamu sedang menatap bulan, bulan sabit yang sedang kupandangi". Saya berjanji akan ke Kuching lagi dan menikmati kota ini bersamanya.
Saya suka tulisan di restoran ini "No, we don't have wifi, talk to each other".

Jalan Darat ke Malaysia : Singkawang Kuching (Part 4)

Oh Gosh. I have been busy for couple months and i haven't finished my stories. And i am so grateful. Tulisan tentang Kuching - Singkawang pada kunjungan Bulan Desember 2014 belum selesai tapi saya berkesempatan mengunjungi Kuching lagi pada April 2015 dan tentu saja ada banyak cerita untuk dituliskan. Tapi saya mau selesaikan cerita Kuching - Singkawang dulu ya. And these are my stories.

Whhoaaaa, Kuching boleh punya Ferrari, Porsche, Aston Martin; tapi masih ada motor kayak gini. Hmm saya pun tersenyum lebar. Singkawang siy nggak punya koleksi mobil mewah begitu, tapi nggak ada yang sudi pakai motor kayak gini di Singkawang. Hohoho :D penempatan plat motornya juga unik.
This is it. Mira Cake House. Tempat pembuatan Kek Lapis Sarawak yang banyak direkomendasikan para blogger sebagai oleh-oleh wajib bawa dari Sarawak. 
Open Kitchen Mira Cakes. Hmm, jadi pengen bikin kayak gini juga di Singkawang ^_^.

Nama daerah ini mirip dengan nama di Indonesia karena banyak Orang Indonesia yang migrasi kesini. Yaaa namanya juga serumpun.


Foto hasil minta tolong pemuda lokal hehehe :D.
Bendera Indonesia kok dijadiin layangan :-(. Jadi saya ambil benderanya, saya taruh di dada dan saya ajak si adik yang memainkan layangan untuk berfoto. 
Way Back Home. Senja yang indah. And i'am alone.
Entah kenapa tidak tertarik untuk masuk dan melihat-lihat. Hanya berdiri tertegun sebentar, memandanginya, lalu berjalan lagi.
I just love this building!
The Cats welcoming me home :-).

Jalan Darat ke Malaysia: Kuching Singkawang (Part 3)


I'm on the mood to explore Kuching ^_^.
Jalan menuju Fort Margherita yang melewati rumah-rumah penduduk.
Papan petunjuk yang membuat saya semakin penasaran. Tapi jalannya itu loh, jalan menuju objek wisata kok kayak jalan menuju hutan belantara.
Gambar Gedung Parlemen Sarawak yang saya ambil dari jalan masuk ke Fort Margherita.
Taaaraaaa.....ini dia penampakan "Fort Margherita". It's really mesmerizing.
Ketika memandangi benteng ini saya seperti berada di Abad 18 ^_^.
Dinding bentang yang masih dijaga keasliannya sejak 1878. Wow, kita memang harus mencontoh Malaysia a.k.a Inggris tentang pelestarian situs sejarah.
I love this alley ^_^. Feels like home.
They have more cake slices to test (tester). This is just a few of them.
Sile cube. Sile rase. Kek Lapis Sarawak "Dayang Selhah".
I spent almost one hour in this place. They have a good display for hundreds layer cakes and room with Air Con. So, i took so long to think which cakes that i want to buy. Oya, Kek Lapis Dayang Selhah terletak di belakang masjid, agak masuk ke dalam gang tapi mudah untuk ditemukan. Disini varian kue lapisnya lebih banyak, penataannya lebih menarik, ruangan yang luas dan sejuk, rasa yang lebih enak, dan pelayanan yang lebih ramah. Ada diskon untuk pembelian banyak.

SINGKAWANG : KOTA TERTOLERAN

               Please free to read and download thisbook ^_^                               https://press.perpusnas.go.id/ProdukDetail.aspx?i...